Tajul Muluk: Teks Melayu Tradisional tentang Etnobotani dan Etnomedis


Istilah mengenai pengobatan Melayu mengacu pada pengetahuan yang berisi semua aspek tentang bagaimana orang Melayu mengelola kesehatan dan penyakit mereka. Pengetahuan ilmiah ini telah diturunkan secara lisan atau praktis dari guru atau anggota keluarga terdahulu hingga generasi berikutnya. Pengetahuan medis Melayu juga telah diterbitkan dan didokumentasikan dari waktu ke waktu dalam bentuk manuskrip di atas kertas, kayu, atau bahkan daun palem. Dalam manuskrip ini, para dokter di Melayu telah mendokumentasikan berbagai cara menyembuhkan penyakit yang sebagian besar terhadap keadaan sakit yang dicapai dengan menggunakan pengetahuan etnobotani dan etnomedis. Bahan alami terutama tumbuhan, bagian tubuh hewan, dan mineral yang diyakini efektif berdasarkan pengamatan dan pengalaman.

Dari beberapa ratus dokumen dan teks yang tersedia berisi tentang pengobatan Melayu, Tajul Muluk adalah salah satu yang menarik. Tajul Muluk sebenarnya adalah kompilasi formulasi herbal pada berbagai subjek dalam satu volume. Tajul Muluk dihimpun oleh Syekh Isma'il al-'Asyi, seorang ulama Aceh bereputasi tinggi. Ini diterbitkan sebagai cetakan litografi oleh Mathba'ah al-Miriyah al-Ka'inah, Mekah pada 1311H. Tajul Muluk tetap populer hingga saat ini, terbukti dengan ketersediaan yang berkelanjutannya di Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Filipina.

Diketahui juga bahwa bagian medis di Tajul Muluk dibagi menjadi lebih dari 50 bab yang berisi diskusi tentang perawatan untuk berbagai penyakit. Penyakit yang dibahas antara lain sakit kepala, penyakit mata, masalah telinga, batuk, kesulitan bernapas, sakit gigi, kejang, masalah pencernaan, hernia, batu ginjal, demam, sakit punggung, sariawan, tumor, patah tulang, keseleo, dan masih banyak lagi. Selain itu, ada dua penyakit yang tergolong penyakit non-fisik yang berkaitan dengan kesehatan mental. 

Kemudian terdapat metode pengobatan yang digunakan dalam naskah, yang dibagi menjadi tiga jenis, yaitu; perawatan yang menggunakan formulasi medis, pengobatan berbasis spiritual menggunakan wafak  (huruf, angka, dan diagram) dan doa, dan pengobatan yang menggabungkan penggunaan formulasi medis dan unsur-unsur spiritual. Kemudian dalam hal bahan obat, mayoritas adalah bahan lokal, dengan hanya sedikit yang mengandalkan bahan luar. 

Bahan obat yang berasal dari tumbuhan merupakan bahan yang paling umum digunakan. Selanjutnya, mengenai bahan dasar hewan, ada 10 spesies hewan yang dimanfaatkan sebagai bahan dalam perawatan. Bagian-bagian yang paling sering adalah telur, susu, darah, dan lemak. Ada juga bahan lain-lain yang paling umum digunakan dalam formulasi medis adalah cuka, madu, garam, arang, dan boraks. Bahan-bahan tersebut cenderung berguna sebagai pembantu dalam formulasi obat, seperti menyeimbangkan pH, menstabilkan formulasi, meningkatkan efek bahan aktif dan membuat obat lebih enak.

Dalam artikel ini, penulis mencoba memungkinkan pandangan yang lebih jelas tentang konten medis dari Tajul Muluk. Jumlah datanya yang memberikan informasi tentang penyakit yang biasa ditemui orang Melayu pada akhir abad ke-19 ketika teks disusun dan dicetak. Pengertian yang digunakan oleh orang Melayu adalah berasal dari peradaban lain yang melintasi daratan dan perairan Kepulauan Melayu. Oleh karena itu, ada kata-kata pinjaman seperti balgham Arab (dahak) yang digunakan dalam teks Melayu yang sangat banyak. Kata-kata pinjaman ini sering ditemukan dalam teks-teks medis Melayu lainnya dan dipahami oleh orang Melayu pada umumnya sampai hari ini dan digunakan meskipun ada kata-kata Melayu seperti lendir, kahak dan dahak.

Sifat kosmopolitan pengobatan Melayu juga tercermin dalam daftar materia medica di mana disebutkan beberapa bahan yang diimpor dari Cina (seperti lengkuas Cina), negara-negara India dan Arab (seperti kedelai). Bahan-bahan tersebut dibawa ke Melayu melalui perdagangan. Jumlah bahan impor diketahui tidak terlalu tinggi sekitar 20 bahan, atau 6,5% dari total sekitar 320 bahan yang disebutkan dalam Tajul Muluk. Mayoritas materia medica adalah tanaman lokal. Tiga jenis jahe (Zingiber officinale) yang secara tradisional ditanam oleh orang Melayu. Demikian juga bahan-bahan yang identik dengan Melayu seperti pala, cengkih, asam celagi atau asam jawa dan bunga lawing juga disebutkan. Sebagian besar jenis tanaman lainnya adalah tanaman yang biasanya tidak diperdagangkan kepada orang luar dan hanya dapat ditemukan di wilayah tersebut. Oleh karena itu, penggunaannya sebagai obat murni berasal dari interaksi dan pengalaman orang Melayu.

Dalam menggunakan materia medica tersebutpengalaman orang Melayu telah membentuk metode penggunaan mereka. Ini adalah cara bahwa obat-obatan itu diformulasikan oleh orang Melayu yang menarik untuk dipelajari. Jadi, ganja misalnya digunakan oleh orang Melayu dengan hati-hati karena mereka memahami efeknya. Dalam Tajul Muluk, hanya ditemukan dalam kombinasi dengan bahan lainnya, yang dicampur untuk meredam efeknya. Formulasi yang dihasilkan juga direkomendasikan untuk diambil hanya dalam jumlah rendah untuk menghindari efek kuat dan negatifnya.

Kemudian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan Melayu lokal tentang etnobotani dan etnomedis hilang pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya karena pengetahuan dan nama tanaman tidak lagi terkenal. Untungnya, ada teks-teks lama pengobatan Melayu seperti Tajul Muluk yang masih ada dan mendapatkan perhatian ilmiah. Tingginya jumlah obat dan berbagai penyakit yang ditemukan dalam halaman-halaman Tajul Muluk mencerminkan kekayaan teks ini dalam hal etnobotani Melayu dan pengetahuan etnomedis, menjadikannya sumber daya yang tak ternilai untuk memahami interaksi orang Melayu dengan sumber daya alam yang tersedia di sekitar mereka.

 



Sumber: Mohd Affendi Mohd Shafri and Ain Najihah Nazarudin, ‘Tajul Muluk: A Traditional Malay Text of Ethnobotany and Ethnomedicine’, Borneo Journal of Resource Science and Technology, 12.2 (2022), 74–81 <https://doi.org/10.33736/bjrst.4721.2022>

Posting Komentar

0 Komentar