Simbol dan Tanda Tsunami dan Gempa dalam Pemahaman Semiotik Anak


Oleh: Arian Bagas Prasetyo

Daerah pesisir Aceh telah dilanda bencana gelombang laut seperti Tsunami pada tahun 2004. Ada banyak kerusakan, baik mengenai masalah fisik maupun non-fisik yang dialami oleh orang Aceh, khususnya berbicara untuk orang-orang di Banda Aceh. Serangan bencana alam bisa tiba-tiba dan pemulihan bisa memakan waktu bertahun-tahun dan bahkan puluhan tahun. Akibatnya, banyak negara internasional juga telah memberikan bantuan mereka untuk membantu dampak bencana. Bahkan, ahli bahasa juga telah mengambil sikap untuk berkontribusi pada bidang penelitian dalam upaya meminimalkan dampak bencana di masa depan. Perhatian para ahli bahasa yang dibahas di sini adalah tentang penggunaan tanda-tanda di papan peringatan untuk orang Aceh.

 

Kebutuhan sosialisasi bencana merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi masyarakat sebagai salah satu upaya pengurangan risiko bencana. Salah satu upayanya adalah memperkenalkan pendidikan bencana di sekolah-sekolah. Kesiapan sekolah dalam pengurangan risiko bencana dapat dilakukan dengan kegiatan pencegahan, perlindungan, mitigasi, respon, dan pemulihan. Sekolah diharapkan terbiasa dengan upaya mitigasi dibidang keselamatan, keamanan dan bantuan darurat dan itu dapat dilakukan dengan latihan. Misalnya, latihan yang dilakukan untuk mempersiapkan keadaan darurat bagi masyarakat dari gempa bumi. Seringnya terjadinya bencana di Indonesia baik bencana alam maupun non alam telah memberikan dampak bagi masyarakat sehingga mereka telah memiliki pengalaman tentang hal tersebut. Berdasarkan alasan tersebut, hal tersebut menjadi isu penting dalam upaya sosialisasi terkait migtigasi bencana. 

 

Oleh karena itu, masyarakat Indonesia harus sudah membangun kesadaran akan potensi bencana yang akan terjadi. Hal itu membuat masyarakat akan lebih siap menghadapi bencana yang akan terjadi. Pendidikan dan kesadaran masyarakat terhadap pengurangan mitigasi bencana memiliki korelasi satu sama lain. Sekolah dapat mempertimbangkan untuk menempatkan materi pembelajaran tentang mitigasi bencana untuk membangun kesadaran pengurangan mitigasi bencana.

 

Kemudian, dilakukanlah penelitian secara kualitatif yang melibatkan 43 responden dalam penelitian tersebut. Mereka merupakan anak-anak berusia antara 8-13 tahun. Anak-anak tersebut merupakan tunawisma dan mereka putus sekolah yang tinggal di daerah pesisir di salah satu daerah di Banda Aceh yang terjadi tsunami dan gempa bumi. Dari data kuesioner ditentukan bahwa hanya ada 12 responden yang dapat menjawab 80% pertanyaan dengan benar. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemahaman mereka sangat rendah meskipun simbol dan rambu-rambu berada di wilayah mereka. Berdasarkan hasil kuesioner tentang pemahaman anak tentang simbol dan tanda tsunami dan gempa, anak-anak menjadi bingung tentang arti simbol dan tanda. Pengetahuan tentang simbol dan tanda diperlukan untuk memperluas pemahaman tentang dampak bencana dan untuk mengurangi bahaya bencana. Memberikan pengetahuan ini adalah program mitigasi dan kesiapsiagaan yang berpusat pada anak untuk mengurangi dampak bencana.

 

Dari hasil yang diceritakan di atas, dapat disimpulkan bahwa anak-anak yang tinggal di daerah pesisir Banda Aceh masih kurang pengetahuan tentang simbol dan tanda Tsunami dan gempa. Penting bagi mereka untuk memahami ini sebagai keseluruhan anggapan untuk hidup bersama mengenai fakta bahwa mereka menghabiskan waktu mereka di daerah bencana yang gelisah setiap hari. Selain itu, penting bagi para masyarakat yang terlibat langsung dengan konseling mitigasi bencana untuk memasukkan konseling tentang simbol dan tanda bersama dengan topik kesadaran bencana lainnya selama program konseling. Anak-anak harus dibuat sadar akan bahaya alam apa yang mungkin mereka hadapi di komunitas mereka sendiri. Mereka harus tahu sebelumnya persiapan khusus apa yang harus dilakukan sebelum bencana, apa yang harus dilakukan selama gempa bumi, tsunami, atau kemungkinan bencana lainnya, dan tindakan apa yang harus diambil setelahnya. Perspektif lebih lanjut yang dapat ditarik berdasarkan data yang ditemukan di atas adalah kenyataan bahwa semua tanda dan simbol di sekitar area yang berhati-hati perlu diperbarui karena kebanyakan dari mereka sekarang sulit untuk melihat dengan jelas.

 

 

*Mahasiswa Hukum Tata Negara Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

 

 

 

Sumber:

Moriyanti, N M Ismail, F Yanti, E A Rahma, R Setyana. Tsunami and Earthquake Symbols and Signs on the Children’s Semiotic Understanding. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science 273 (2019).

Posting Komentar

0 Komentar