Ngariksa (38): Dzikir Syatari Ajaran al-Sinkili


Pada Jumat, 12 Februari 2021 yang berkah ini, keluarga besar Ngariksa merasakan duka atas wafatnya dua kolega dekat secara bersamaan. Ada Mas Ahmad Jauhari, kolega kami dalam menjalani tugas-tugas melayani jemaah haji di Kementerian Agama, dan Mas Prie GS, sastrawan, budayawan pengampu acara Humor Sufi yang selalu ceria, dan senantiasa membuat orang lain bahagia. 

 

Inna lillah wa inna ilayhi roji’un. Wilujeng mulih ka jati mulang ka asal, Sugeng tindak, Mas Jo, Mas Prie. Berbahagialah menjemput surga-Nya. Dzikir panjenengan berdua kini bukan lagi dengan lisan dan hati, melainkan dengan amal baik yang telah ditanam.

 

Seraya memanjat doa untuk kedua almarhum khususnya, pada Ngariksa episode 38 ini, saya akan melanjutkan pembacaan manuskrip Tanbih al-Masyi, karya Syekh Abdurra’uf al-Sinkili. Kebetulan, bagian yang akan dibaca adalah terkait formulasi dan keutamaan dzikir nafyi itsbat, kalimah la ilaha illaLLah, dalam tarekat Syatariyah, yang diajarkan oleh al-Sinkili, dan diperoleh dari gurunya, Syekh Ahmad al-Qusyasyi.

 

Apa makna dzikir bagi kaum Syatari? Bagaimana adab dan tatacaranya menurut al-Sinkili? Simak yuk selengkapnya di Ngaji Manuskrip Kuno Nusantara episode 38, Jumat 12 Februai 2021, Jam 20.00 WIB, di akun FB Oman Fathurahman dan Twitter @ofathurahman.

 

Kunjungi dan subscribe Ngariksa Channel YOUTUBE… 

 

#KlasikAsyik. “Menatap masa depan. Merawat masa silam”.

Posting Komentar

0 Komentar