Quran Istanbul: Jejak Terakhir Aksara Arab Turki Utsmani

Oleh: Menachem Ali

Quran terkuno, pertama kali dicetak di kota Kairo, Mesir pada tahun 1924 M. Inilah awal pencetakan Quran di dunia. Di negara-negara kawasan Eropa Barat, Quran terbitan tahun 1924 M., akhirnya dikenal dengan sebutan "Quran Mesir." 

 

Quran yang penulis miliki dan sekarang tersimpan di perpustakaan pribadi ini bukanlah Quran cetakan Mesir, terbitan 1924 M. Namun,  Quran  ini dicetak di kota Istanbul, Turki pada tahun 1927 M. Itulah sebabnya, masyarakat Asia Tenggara menyebutnya dengan sebutan "Qur'an Istanbul" (Jawa: Qur'an Stambul). 

 

Berdasarkan kolofon yang termaktub di bagian halaman depan, tertulis angka tahun penerbitan dengan menggunakan angka Arab 1927, sedangkan pada halaman belakang terdapat nama yang tercetak dengan huruf Arab - احمد كامل مطبعه سى  (Ahmad Kāmil) yang mengindikasikan nama sang penulis/ pencetak mushaf. Pada catatan sejarah naskah, awalnya kitab kuno ini saya dapatkan dari  kolektor naskah "Osmanlıca Kitap - Ottoman Book", statusnya pemilik "tangan kedua." Kini, naskah tersebut berada di koleksi The Yeshiva Institute, sebagai pemilik "tangan ketiga." 


Menurut catatan kolektor pemilik "tangan kedua", tertulis catatan dalam bahasa Turki sebagai berikut: 

- Yayınevi (penerbit) : Şark ve Maarif Ktb. Türk 

  Neşriyat Yurdu, 1927 M.

- Yayin Yeri (kota penerbitan) : Istanbul

- Dili (bahasa) : Osmanlıca -  Arapça.

- Durum (status) : İkinci El (tangan kedua)


Pencetakan Quran Istanbul ini ada selisih 3 tahun bila dibandingkan dengan Quran Mesir. "Quran Istanbul" ini memiliki 3 keistimewaan. Pertama, selisih usia penerbitan Quran ini hanya sekitar 3 tahun dibanding Quran edisi awal yang dicetak di Mesir pada tahun 1924 M. Kedua, Quran Istanbul ini ternyata dicetak pada masa awal kekuasaan Mustafa Kemal Atatürk. Ketiga, Quran Istanbul ini dicetak dwibahasa Arab - Turki. Teks bahasa Arab digunakan untuk menulis teks ayat-ayat Quran, sedangkan teks bahasa Osmanlıca (Arab-Turki Ustmani) digunakan untuk menulis teks terjemahannya. Tentu saja Quran ini sangat istimewa, karena memang ada "jejak tradisi penyalinan" yang dapat diungkap signifikansinya secara filologis dan kajian kodekologinya. 



Teks asli ayat-ayat Quran ditulis dengan menggunakan huruf Arab tanpa TANDA BACA, sedangkan terjemahannya ditulis dengan menggunakan huruf Arab Turki Utsmani yang banyak kemiripan khāt (ortografinya) dengan model pencetakan tulisan Arab di Nusantara. Penerbitan Quran tanpa penggunaan tanda baca ini tentu saja merupakan sesuatu yang sangat langka. Tahun 1927 M., ternyata merupakan "terminus ad quem" (batas akhir) penggunaan aksara Osmanlıca atau Arab-Turki Ustmani di wilayah Turki modern. Menariknya,  penerbitan Quran tanpa tanda baca di Asia Tenggara dapat dikatakan tidak pernah ada. 

 

Quran Istanbul yang penulis miliki ini merupakan jejak terakhir penggunaan aksara Arab Turki Ustmani, sebelum adanya dekrit Kemal Atatürk yang melarang penggunaan aksara Arab Turki Ustmani. Saat itulah aksara Latin mulai digunakan sebagai aksara nasional, yang menggantikan aksara Arab sebagai aksara penanda identitas keislaman.

Posting Komentar

0 Komentar