Katalog Naskah Pecenongan: Banjir Batavia dalam Naskah Hikayat Merpati Mas

 

Batavia menjadi wilayah yang cukup penting dalam perkembangan naskah Nusantara. Pecenongan sebagai salah satu titik di Batavia yang cukup ramai dalam hal penyewaan naskah. Muhammad Bakir sebagai warga Pecenongan menjadi tokoh penting dalam sejarah kesusastraan Indonesia yang mewarnai sastra Betawi pada masa peralihan. Karya Muhammad Bakir pada akhir abad ke-19 menunjukkan bahwa sastra lama tidak selalu klasik dan sastra baru tidak selalu modern. Karya-karya Muhammad Bakir tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. 

 

Katalog naskah Pecenongan koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia menjadi pintu masuk untuk mempelajari lebih karya-karya Muhammad Bakir. Penyusunan katalog ini dalam rangka penyelenggaraan pameran koleksi naskah kuno perpustakaan. Pameran sebagai salah satu upaya dalam mempromosikan warisan budaya Indonesia dan mensosialisasikan penelitian naskah kepada generasi muda. Hal ini sebagai tanggung jawab perpustakaan nasional yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan. Pameran naskah koleksi perpustakaan nasional terkait sastra Betawi akhir abad ke-19 ini diharapkan menarik perhatian dan menumbuhkan minat masyarakat luas.

 

Katalog naskah ini disusun sebagai pendukung pelaksanaan pameran. Memudahkan masyarakat dalam memahami dan memetakan materi dalam konteks ini adalah naskah yang dipamerkan. Namun, yang menjadi luar biasa adalah katalog ini disusun tidak hanya mendeskripsikan fisik materi pameran, melainkan dilengkapi dengan berbagai informasi penting lainnya. Katalog ini diharapkan menjadi rujukan dalam penelitian naskah Pecenongan. 

 

Keberadaan katalog naskah Pecenongan menjadi bagian integral yang tak bisa dipisahkan dari pameran. Pameran tematik naskah Nusantara diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional pada tanggal 11 sampai 20 Juli 2013 di Galeri Cipta III, Kompleks Taman Ismail Marzuki, jalan Cikini Raya 73 Jakarta, menjelang hari ulang tahun Jakarta. Pelaksanaan pameran tersebut terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: perencanaan, persiapan dan acara pendukung.

 

Perencanaan pameran dengan pembentukan panitia kecil dilakukan setelah disetujui penyelenggara oleh Kepala Perpustakaan Nasional. Dalam perencanaan, 2 unsur penting yang menjadi pembahasan adalah tema dan penyajian. Tema tentang sastra Betawi akhir abad ke-19 diangkat setelah menjadi obrolan sehari-hari dengan dukungan Gubernur Joko Widodo yang sedang gencar menghidupkan budaya Betawi. Sementara itu terkait penyajian, panitia mengundang Dewaki Kramadibrata dari Universitas Indonesia sebagai peneliti naskah-naskah Pecenongan.

 

Persiapan pameran dilakukan dengan pengecekan naskah-naskah Pecenongan yang dimiliki Perpustakaan Nasional. Berbagai keadaan naskah ditemukan dan diperbaiki dengan bantuan tim konservator dan Pusat Preservasi Perpustakaan Nasional RI. Persiapan yang dilakukan terkait penyiapan materi yang diawali dengan pengecekan naskah dan penyusunan katalogus. Dalam proses penyusunannya, memakan waktu, pemikiran dan tenaga yang tidak sedikit. Dewaki Kramadibrata sebagai penyunting bahasa, Aditya Gunawan sebagai penata letak dan ilustrasi dan Henri Chambert-Loir selaku penyunting substansi dan ilustrasi. Ketiga sosok penting yang berperan besar dalam menghadirkan katalogus naskah Pecenongan.

 

Acara pendukung pameran naskah dimeriahkan dengan bentuk diskusi yang bernuansa Betawi. Acara yang jatuh pada bulan Ramadan ini diramaikan dengan sohibul hikayat, pantun Betawi dan keroncong. Dari penjelasan pengantar di atas terkait konteks dan keberadaan katalog naskah Pecenongan, bagaimanakah isi dari katalogus Naskah Pecenongan sastra Betawi abad ke-19?

 

Ringkasan Katalogus Naskah Pecenongan

Latar belakang Muhammad Bakir sebagai pengarang dan penyalin penting untuk dilihat, karena keluarga Fadli merupakan gejala unik dalam perkembangan sastra Indonesia dalam paruh kedua abad ke-19. Muhammad Bakir mempunyai kerabat yang juga menulis. Ayahnya, Sapian bin Usman, pamannya, Sapirin bin Usman dan saudara sepupunya, Ahmad Beramka. Dari keempat orang tersebut, hanya karya Bakir yang tersimpan di Perpusnas, lainnya tersimpan di Leiden dan Saint Petersburg. Setelah karya keluarga Fadli terungkap, berbagai karyanya telah disunting oleh khalayak luas.


Keluarga Fadli aktif dalam penulisan dan penyalinan naskah Melayu di kawasan Pecenongan, Batavia, sejak 1858 sampai 1909. Daftar karya keluarga Fadli dalam katalog ini sekilas dibahas dan disusun berdasarkan lima jenis sumber:

·  Daftar naskah yang tersimpan di Perpusnas, Universitas Leiden dan Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia di Saint Petersburg

·     Keenam daftar naskah yang diiklankan oleh Bakir sendiri

·     Delapan judul yang disebut di dalam teks Sair Buah-buahan

·     Lampiran dalam Sair Buah-buahan

·     Perpustakaan Saint Petersburg

Berbeda dengan urutan katalog ini, naskah-naskah karya keluarga Fadli disusun secara alfabetis dalam masing-masing kategorinya, dengan alasan tahun penyalinan naskah tidak selalu mencerminkan tahun teks bersangkutan dikarang.

 

Katalog ini hanya berisi karya Bakir. Secara keseluruhan, koleksi Bakir pada umumnya terkesan homogen. Mencerminkan kepribadian bakir yang memiliki kebiasaan dan tabiat sendiri atau sengaja dikembangkan untuk menarik minat pelanggan. Bakir biasa mencatat tahun selesai penyalinan setiap naskah. Menariknya, ia menuliskan tahun Masehi yang diikuti tahun Hijriyah, hanya sesekali menuliskan tahun Jawa. Tidak jarang ia menyelipkan tanggal penulisan ke dalam narasi cerita.

 

Ragam tulisan Bakir sangat berguna, berbeda dari satu ke lain naskah. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menentukan unsur-unsur yang konstan dan unsur yang evolutive dalam tulisan tangannya. Memunculkan ciri khas yang bisa diperbandingkan dengan tulisan tangan penulis lain. Tulisan tangan seseorang bukan hanya personal, tapi bergantung pada latar belakang budayanya dalam ruang dan waktu.

 

Bakir biasanya menambahkan catatan pada akhir karya-karyanya. Selain itu, ia juga menulis catatan pribadi dalam margin naskahnya, atau bahkan di tengah-tengah ceritanya. Salah satu ciri khas cerita-cerita Bakir adalah humor yang berupa lelucon sederhana, terkadang kasar dan jorok. Hal lain yang dapat diamati oleh Bakir dan sangat penting diperhatikannya untuk kelanjutan usahanya, ialah siapa pelanggannya. Ini diketahui dari cara ia menyapa para pembaca dalam syair-syair yang dilampirkan pada karyanya atau dalam teks tersendiri. Kumpulan naskah Bakir memberikan kesempatan luar biasa untuk meneliti hasil kerja seorang penyalin dan seorang pengarang.

 

Dalam katalog ini, semua naskah tertulis dalam bahasa Melayu dengan huruf Jawi. Bataviaasch Genootschap pada awal abad 20 telah menjilid semuanya memakai karton berwarna marmer cokelat. Ke-26 naskah dalam katalog digolongkan menurut lima kategori sastra, yaitu Cerita Petualangan, Cerita Wayang, Cerita Panji, Cerita Islam dan Syair Simbolik. Dalam setiap kategori ini, naskah disusun menurut urutan kronologis sesuai dengan waktu penulisannya masing-masing.

 

Cerita Petualangan terdiri atas naskah Hikayat Sultan Taburat, Hikayat Merpati Mas & Merpati Perak, Hikayat Nakhoda Asik, Hikayat Syah Mandewa, Hikayat Syahrul Indra, Sair Siti Zawiyah, Hikayat Indra Begawan, Hikayat Begerma Cendra, dan Seribu Dongeng.

 

Cerita Wayang terdiri atas naskah Hikayat Angkawijaya, Hikayat Asal Mulanya Wayang, Hikayat Gelaran Pandu Turunan Pandawa, Sair Perang Pandawa, Hikayat Agung Sakti, Hikayat Maharaja Garbak Jagat, Lakon Jaka Sukara, Hikayat Sri Rama, Hikayat Wayang Arjuna, Hikayat Purasara.

 

Cerita Panji terdiri atas naskah Hikayat Panji Semirang dan Hikayat Sair Ken Tambuhan. Cerita Islam terdiri atas naskah Hikayat Syekh Muhammad Saman, Hikayat Syekh Abdul Kadir Jaelani dan Hikayat Nabi Bercukur. Syair Simbolik terdiri atas naskah Sair Sang Kupu-kupu dan Syair Buah-buahan.

 

Katalog Naskah Pecenongan koleksi perpustakaan nasional terkait sastra Betawi akhir abad ke-19 ini menjadi sumbangan penting bagi kajian pernaskahan Nusantara. Hadirnya katalog ini menjadi spesial dibanding yang lain karena konteks penyusunannya yang berbeda. Katalog ini disusun dalam rangka pameran untuk mengenalkan naskah kuno sastra Betawi pada masyarakt luas khususnya Betawi. Kegiatan yang diadakan dalam rangka menghidupkan kembali budaya Betawi dalam konteks sastra.

 

Karya-karya Muhammad Bakir menjadi penting dikaji karena menjadi jembatan antara sastra klasik dan sastra modern. Konteks perkembangan zaman pada masa itu menjadi batas yang membedakan produksi naskah tulisan tangan di tengah berkembangnya percetakan. Bakir tidak hanya sebagai penulis dana tau penyalin, tetapi juga sebagai pengusaha yang menjadikan karya sastra sebagai barang penyewaan.

 

Ilustrasi dalam naskah-naskah Pecenongan menggambarkan cerita dalam naskah dan suasana penulis ketika menggambarkannya. Cara Bakir dalam membuat ilustrasi juga berbeda-beda, baik ditulis langsung maupun dengan menempel. Varian warna dan jenis ilustrasi menarik untuk dikaji lebih lanjut berdasarkan konteks ideologi, situasi politik dan makna dari simbol-simbol tersebut. Enter

 

Referensi

Chambert-Loir, H & Kramadibrata, D. (2014). Katalog Naskah Pecenongan Koleksi Perpustakaan Nasional: Sastra Betawi Akhir Abad ke-19. Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

 

 

Posting Komentar

0 Komentar