Tragedi Karbala: Manuskrip Hikayat Muhammad Hanafiyah

Edisi Teks Hikayat Muhammad Hanafiyyah karya L. F. Brakel dikerjakan dalam kurun waktu yang tidak sebentar. Menemani pengembaraannya dari Belanda ke Australia dan kembali lagi, kemudian ke Amerika Serikat, dengan tiga perjalanan ke Indonesia. Dalam studinya, Brakel menggunakan manuskrip berbahasa Melayu yang ditemukannya tidak kurang dari 30 buah manuskrip. 

 

Sementara Edisi Teks karya Dewaki Kramadibrata juga diselesaikan dalam kurun waktu yang panjang. Disertasi yang mengkaji sebuah naskah yang berasal dari Desa Kabau, Pulau Haruku, Ambon berjudul Hikayat Khalifah Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali sampai Peperangan Hasan dan Husein di Karbala. Naskah HKAUUA diain oleh Bapak Wali Bangsa Ammanullah Ripamole pada tahun 1999 karena naskah aslinya rusak. Naskah ditulis dalam aksara Jawi dan  berjumlah 143 halaman.

 

L. F. Brakel mengawali karyanya dengan latar belakang sejarah. Dimulai dengan Usman bin Affan yang menjadi khalifah ke tiga menggantikan Umar bin Khattab. Masa ini mulai banyak fitnah yang terjadi dalam umat muslim. Usman terbunuh dan digantikan oleh Ali bin Abi Thalib. Rivalitas dalam kepemimpinan umat Islam semakin meruncing. Ali dianggap kurang serius dalam mengusut dalang dibalik pembunuhan Usman. Terjadilah sengketa antara Ali dan Muawiyah selaku Gubernur Kufah. Terjadilah Perang Siffin yang menjadikan umat isam terbagi tiga kelompok. Golongan Muawiyah, Golongan Ali dan golongan yang keluar dari barisan Ali karena tidak terima dengan keputusan Ali.

 

Ali terbunuh oleh Muljam, seorang yang keluar dari barisan Ali, sosok Persia yang dendam kepemimpinan umat Islam karena telah menghancurkan mengalahkan kerajaannya. Untuk menghindari konflik dan perpecahan, kepemimpinan diserahkan sepenuhnya kepada Muawiyah, namun dengan syarat: jika Muawiyah wafat, kepemimpinan dikembalikan kepada umat Islam, tidak diserahkan ke keturunannya. Namun, ketika Muawiyah wafat, kepemimpinan diserahkan kepada Yazid, putranya.

 

Madinah mengutus seseorang untuk melihat kondisi Kufah. Penduduk Kufah menginginkan untuk membaiat Hasan sebagai pemimpin. Namun, utusan Madinah terlunta-lunta di Kufah karena sikap penduduk Kufah yang diancam oleh Yazid. Utusan Madinah terbunuh namun kabar tersebut belum sampai ke Madinah. Singkat cerita, terjadilah perang tidak seimbang di wilayah Karbala,Karbun wa Balaa, bencana dan musibah. Husein terbunuh, para perempuan dan anak-anak yang ikut dalam rombongan dibawa ke Kufah, diantarana Xaula dan putranya, Muhammad, yang kelak lebih dikenal dengan Muhammad Hanafiyyah.

 

Sementara Dewaki Kramadibrata mengawali karyanya juga dengan latar belakang historisn. Bukan sejarah isi naskah, melainkan sejarah lokasi ditemukannya naskah. Maluku memegang peran penting dalam kajian ilmu pengetahuan sejak abad ke-15 sampai ke-19. Tidak mengherankan jika  Maluku memiliki peninggalan sejarah dalam bentuk surat, arsip, dan naskah. Kepulauan Ambon mempunyai dokumen surat Melayu tertua. Peninggalan naskah di Ambon berkaitan erat dengan Kerajaan Hitu.

 

Kisah dalam naskah HKAUUA dalam karya Dewaki K, dimulai dengan cara yang sama. Kematian khalifah sebelum Ali membawa perdebatan hingga peperangan. Dalam masa jabatannya, Ali berkali-kali berperang melawan Muawiyah, saudara Usman. Atas muslihat Muawiyah, Ali dibunuh oleh tukang yang memandikan kudanya. Baru kemudian terjadi perebutan kekuasaan antara kelompok Syiah yang mendukung Hasan dan kelompok Muawiyah yang mendukung Yazid sebagai pemimpin. Konflik menyebabkan perang di Karbala, Hasan diracun sedangkan Husain dipenggal. Muhammad Hanafiyyah menuntut balas atas kematian mereka dan berhasil mengalahkan Yazid.

 

Dalam risetnya, L. F. Brakel dan Dewaki K, sama-sama menyebutkan peneliti-peniliti sebelumnya yang telah melakukan penelitian serupa. Nama-nama itu dalam karya L. F. Brakel di antaranya: Isaac de St. Martin, Valentyn, Pijnappel, Van Ronkel, Baroroh Baried, Soraya Saleh dan E. Wieringa. Sedangkan dalam karya Dewaki K, peneliti yang pernah mengkaji naskah-naskah Ambon di antaranya: Manusama, Ridjali dan Mu’jizah.

 

Dalam penelitian L. F. Brakel, ia menyusunnya secara stemma untuk menunjukkan kekerabatan naskah HMH. Naskah HMH terbagi atas tiga versi, yaitu: versio simplex, versio ornatior danversio ornatissima. Edisi teks HMH Brakel disusun dengan menggunakan metode gabungan. Sementara Dewaki K menggunakan naskah tunggal. Perbandingan antara HKAUUA dan HMH dapat disimpulkan berikut ini:

 

1. Secara umum kedua naskah menceritakan tentang pembalasan dendam Muhammad Hanafiyyah. Perbedaan terlihat pada penggunaan kosakata dan perumusan kalimat.

2.  Ada perincian yang berbeda. Dalam HMH, Abu Bakar menjadi khalifah selama dua tahun enam bulan, sedangkan dalam HKAUUA hanya dua tahun.

3.  Deskripsi berbeda tentang pertengkaran kaum Bani Umayyah dan kaum Bani Hasyim.

4.   Dalam HMH, setelah Usman diangkat menjadi khalifah, ia ditaburi dengan emas, perak dan dinar, sedangkan dalam HKAUUA, Usman ditaburi dengan perak, permata dan Mutiara.

5.   Katapaighambar yang tercantum dalam HMH, sedangkan dalam teks HKAUUA berubah menjadi pangumbar.  Menurut Brakel, kata tersebut berarti Nabi.

6.  Ada penambahan kata siti dalam naskah HKAUUA dalam nama-nama nabi perempuan.

7.  Bagian penutup dalam HMH, kisah berakhir dengan Muhammad Hanafiyyah masuk kedalam gua dan menghilang. Sedangkan dalam HKAUUA bagian tersebut tidak ada, Muhammad Hanafiyyah mendampingi Zainal Abidin dan para raja untuk membangun kerajaannya.

 

Daftar Pustaka

Brakel, L. F. 1975. The Hikayat Muhammad Hanafiyyah. Belanda: The Hague – Martinus Nijhoff

Kramadibata, Dewaki. 2016. Hikayat Khalifah Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali Sampai       Peperangan Hasan dan Husain di Karbala. Jakarta: Perpustakaan UI

Posting Komentar

0 Komentar